, ,

Menkomdigi Ungkap Teknologi yang Lebih Murah dari Starlink

oleh -53 Dilihat

Binjai – Menkomdigi Ungkap Di tengah kehadiran Starlink di Indonesia yang menuai perhatian, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyatakan bahwa pemerintah tengah menjajaki teknologi yang lebih hemat biaya daripada Starlink untuk menjangkau wilayah 3T (terdepan, tertinggal, terluar). Pernyataan ini memunculkan harapan baru bahwa akses internet di daerah sulit akan semakin terjangkau.

“Starlink mungkin masih agak mahal … sudah ada teknologi yang lebih murah,” ujar Menkomdigi dalam sebuah acara kabinet.


 Apa yang Dimaksud “Teknologi Lebih Murah”?

Beberapa poin penting yang disebutkan:

  • Pemerintah melihat bahwa satelit berbasis konstelasi LEO (Low Earth Orbit) seperti Starlink sangat potensial, namun biaya perangkat dan langganannya masih dianggap tinggi untuk skala massal pengguna rakyat.

  • Sebagai alternatif, pemerintah sedang mengkaji teknologi seperti NTN‑D2D (Non‑Terrestrial Network Direct‑to‑Device) atau satelit yang bisa langsung ke ponsel, sehingga kemungkinan biaya perangkat bisa ditekan.

  • Lebih lanjut, pemerintah juga mempertimbangkan pengoptimalan spektrum frekuensi dan kerja sama dengan swasta agar layanan internet ke daerah 3T bisa lebih efisien.


 Kenapa Biaya Starlink Bisa Masih Mahal di Indonesia

  • Perangkat penerima Starlink di Indonesia sudah dipatok sekitar Rp 7,8 juta untuk terminal, dan biaya layanan bulanan sekitar Rp 750.000 sebelum promo.

  • Infrastruktur satelit, peluncuran dan perawatan sistem satelit LEO memerlukan investasi besar — yang kemudian berdampak ke biaya langganan.

  • Menkomdigi Ungkap
    Menkomdigi Ungkap

Baca Juga : Bandar Narkoba di Kota Binjai Ditangkap, Sabu Seberat 2,95 Gram Disita

 Tantangan & Peluang Teknologi Alternatif

  • Tantangan teknis: Teknologi baru seperti NTN‑D2D perlu pengaturan spektrum frekuensi khusus, regulasi baru, dan terminal perangkat yang kompatibel.

  • Regulasi & ekosistem: Menkomdigi menekankan pentingnya regulasi yang tepat agar teknologi baru bisa masuk dan operator lokal bisa bersaing secara fair.


 Implikasi bagi Masyarakat & Industri

  • Bagi masyarakat di daerah terpencil: adanya teknologi lebih murah artinya potensi akses internet lebih terjangkau, bukan hanya mahal dan terbatas.

  • Bagi industri telekomunikasi lokal: Teknologi baru ini bisa menjadi tantangan sekaligus peluang — tantangan karena persaingan baru, peluang karena bisa jadi mitra teknologi atau penyelenggara lokal.

  • Bagi pemerintah: Ini bagian dari strategi untuk mencapai target koneksi internet merata di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di wilayah 3T.

Penutup: Harapan di Balik Pernyataan

Pernyataan Menkomdigi ini memberikan angin segar bahwa tidak semua solusi harus setara dengan biaya yang tinggi seperti Starlink. Ada jalan alternatif yang bisa lebih hemat biaya dan lebih sesuai dengan kondisi Indonesia — baik secara geografis maupun ekonomi.

Tentu saja, realisasi teknologi “lebih murah” itu masih harus melewati tahap kajian, regulasi, dan implementasi. Tapi jika berhasil, bisa jadi game‑changer dalam upaya pemerataan konektivitas digital di Indonesia.

Skintific

No More Posts Available.

No more pages to load.